Women Agency di Morowali Utara: Pembelajaran dari Lapang dalam Mendorong Pemberdayaan Perempuan

Women Agency di Morowali Utara: Pembelajaran dari Lapang dalam Mendorong Pemberdayaan Perempuan

Oleh : Dedy Wahyu Rizaldy – ASPPUK

Women Agency—kemampuan perempuan untuk menentukan dan bertindak berdasarkan tujuan, membuat keputusan yang penting bagi mereka, dan berpartisipasi dalam perekonomian dan kehidupan publik (Measuring Women’s Agency, World Bank)

Memperkuat kapasitas perempuan sebagai Women Agency sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender dan mempromosikan kesejahteraan secara menyeluruh. Hal ini juga merupakan upaya mendasar dalam mewujudkan bisnis inklusif.

“Kalau dulu saya tahunya di rumah saja, sambil kupas Meti, dengar orang bergosip, sekarang saya biar diam di rumah tetapi ada tujuan. “ ujar Ibu Ika Yuspariyanti, Ketua Kelompok Usaha Perempuan Ma’rasa dari Desa Tompira, Morowali Utara, Sulawesi Tengah. 

Kerang Meti merupakan komoditas lokal yang melimpah di sungai Desa Tompira. Ibu Ika dan para perempuan di sana sudah biasa mengolah kerang meti menjadi bahan makanan maupun dijual, bahkan jangkauan pasarnya sampai ke Kota Kendari di Sulawesi Tenggara. Ibu Ika bersama dua belas perempuan lain membentuk Kelompok Usaha Perempuan Ma’rasa. Dari dapur sederhana mereka di Tompira, lahirlah inovasi-inovasi olahan camilan kerang meti yang lezat dan bergizi. Sambal goreng meti, nugget meti, bakso meti dan banyak lagi, laris manis dibeli anak sekolah, organisasi perangkat daerah (OPD), hingga Bupati.  Kelompok Ma’rasa tengah juga telah mengurus sertifikasi Halal, P-IRT, ijin-ijin yang dibutuhkan agar usaha mereka semakin mantap. Semua itu tidak mungkin terjadi jika Ibu Ika dan anggota tidak giat memasarkan, mengikuti bazar dan berjejaring. “Saya jadi tahu harus kemana, ke dinas mana, bertemu siapa, “ imbuh Ibu Ika. 

Ibu Ika dan Kelompok Ma’rasa merasakan manfaat pelatihan dan pendampingan. Namun point plus sesungguhnya ada pada kemauan dan ketekunan Ibu Ika dan anggota kelompok. “Kalau ikut pelatihan, ada undangan, saya pergi. Bagus dapat pengetahuan, pengalaman, jaringan. Kalau dulu tidak ada informasi..” kata Ibu Ika.  

Kini Ma’rasa sering diundang ke acara-acara bazar pemerintah, mendapat bantuan peralatan dari program pemerintah daerah, diajak bertemu dengan pihak swasta misalnya PT.ANA, terbuka kesempatan untuk menitipkan produk mereka ke toko oleh-oleh di Desa Lembontonara. Untuk masuk ke toko oleh-oleh adalah mimpi yang akan menjadi nyata bagi mereka. 

Sebagai perempuan, Ibu Ika dan anggota kelompok tentu memiliki beban ganda. “ Perempuan (tugasnya) berlipat, pekerjaan kita cuci piring, sapu rumah, kita cari pergi cari uang, pulangnya masak. Kadang saya merasa pekerjaan (peran) perempuan lebih banyak daripada laki-laki.” ungkap Ibu Ika.

Namun beruntung, dalam rumah tangga Ibu Ika maupun anggota kelompok lain, suami, anggota keluarga, semua saling mendukung. Mereka bisa beraktifitas keluar rumah, menghadiri pelatihan peningkatan kapasitas. 

Kesadaran para penyelenggara, terkhusus NGO, akan kerja-kerja perawatan makin tampak. “Saya pernah ikut kegiatan sebuah yayasan, mereka mendata ibu yang mau bawa anak. Jadi anak-anak ada tempat khusus, mereka dibawakan pensil warna, buku gambar. Jadi mereka mewarnai dan ibu menerima materi.” jelas Ika. 

Jika perempuan berdaya secara ekonomi, maka secara umum kualitas hidup mereka dan komunitasnya akan meningkat. Dalam laporannya, UN Women (2023) menyampaikan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan mampu meningkatkan produktivitas, meningkatkan diversifikasi ekonomi, dan kesetaraan pendapatan di samping hasil pembangunan positif lainnya. Perempuan menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi keluarga, bahkan menggerakkan komunitas. 

Balai Kegiatan dan Belajar Masyarakat

Refleksi advokasi melalui pemberdayaan, Munculnya sosok Women Agency seperti Ibu Ika ini yang nantinya bisa menggawangi BKBM (Balai Kegiatan dan Belajar Masyarakat) yang diinisiasi ASPPUK berdasarkan Undang Undang Desa No. 6 Tahun 2014 dan PERMENDAGRI Nomor 114 tahun 2014. 

BKBM adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat yang inklusif, yang diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya. 

Tujuan BKBM adalah memperluas kesempatan warga masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah agar masyarakat mampu mandiri (berdaya), kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi meningkat dan untuk meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi 

Adapun tiga kegiatan utama BKBM adalah Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP), dan kegiatan pemberdayaan perempuan.

“BKBM dapat mengejar ketertinggalan desa, BKBM dapat menjalankan akses menjalankan teknologi dan informasi untuk pembangunan desa, dan yang terakhir adalah dapat meningkatkan inovasi dalam proses produksi yang berstandar melalui penguasaan teknologi dan informasi,” kata Dedi, dari ASPPUK Seknas. 

Diharapkan keberadaan BKBM akan melanjutkan program-program baik oleh ASPPUK, pemerintah maupun pihak lain. Seperti pesan Ibu Ika, “ Saya bilang, kasih kami bekal… karena ASPPUK sisa dua tahun lagi berjalan di Morut. Supaya saya, pelaku UMKM tidak hanya disaat ada pendampingan saja. Jangan nanti sudah tidak ada dampingan, ya tidak ada,  seperti motor yang mogok.” kata Ibu Ika. (end) 

Referensi

https://documents.worldbank.org/en/publication/documents-reports/documentdetail/333481500385677886/measuring-womens-agency

https://www.unwomen.org/en/what-we-do/economic-empowerment/facts-and-figures#:~:text=Women’s%20economic%20empowerment%20includes%20women’s,economic%20decision%2Dmaking%20at%20all