
Krisis Pendanaan Gerakan, Bagaimana Organisasi Masyarakat Sipil Harus Berstrategi untuk Keberlanjutan?
Tren pendanaan pembangunan global untuk Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam lima tahun terakhir menunjukkan penurunan. Ini diprediksi akan terus berlanjut dalam lima tahun ke depan. INFID pun menyusun buku berisi kumpulan refleksi kolektif dari berbagai OMS anggota INFID di berbagai daerah di Indonesia untuk mendorong strategi pendanaan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Pendanaan internasional untuk Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) kini tengah mengalami penurunan signifikan. Kondisi ini menciptakan tekanan besar bagi keberlanjutan OMS, khususnya di Indonesia yang selama ini sangat bergantung pada dukungan mitra pembangunan untuk menjalankan program-program advokasi, pemberdayaan, serta perlindungan hak asasi manusia. Tanpa dukungan finansial yang memadai, banyak OMS berpotensi mengurangi skala kegiatan, bahkan menghentikan program yang telah berjalan dan terbukti berdampak bagi kelompok rentan.
Berdasarkan survei International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) pada 2022 terhadap 78 anggotanya, sekitar 73,9% organisasi mengalami kesulitan atau penurunan akses terhadap pendanaan, termasuk organisasi masyarakat sipil lokal dan organisasi perempuan. Mayoritas dari mereka (46,4%) menyatakan bahwa dana yang diterima telah berkurang secara signifikan. Penurunan ini tentu mengkhawatirkan karena terjadi pada saat kebutuhan terhadap peran OMS semakin meningkat, terutama dalam memperjuangkan demokrasi, keadilan sosial, serta pemenuhan hak-hak warga negara.
Tantangan OMS di Tengah Krisis Pendanaan
Kesulitan pendanaan OMS tidak terjadi dalam ruang hampa. Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi tren penurunan dukungan internasional ini. Pertama, perubahan prioritas donor global yang lebih banyak diarahkan pada isu-isu baru, seperti krisis iklim, pandemi, maupun konflik geopolitik. Hal ini membuat agenda-agenda lokal yang diperjuangkan OMS sering kali tidak sepenuhnya sejalan dengan arah pendanaan global.
Kedua, lemahnya kapasitas internal OMS dalam mengelola pendanaan dan menjaga tata kelola yang akuntabel. Beberapa organisasi menghadapi keterbatasan sumber daya manusia, lemahnya sistem dokumentasi dan pelaporan, serta kendala bahasa dalam menulis proposal yang sesuai standar donor. Di sisi lain, persaingan untuk mendapatkan dana semakin tinggi karena jumlah OMS yang bertambah, sementara kue pendanaan justru menyusut.
Ketiga, tantangan terkait keberlanjutan program. Banyak organisasi masih terlalu bergantung pada satu atau dua mitra pembangunan. Ketika dukungan tersebut berhenti, kegiatan inti pun terancam terhenti. Situasi ini memperlihatkan betapa rapuhnya fondasi pendanaan OMS di Indonesia.
Upaya INFID: Merumuskan Strategi Bersama
Menjawab tantangan tersebut, INFID menyusun buku berjudul “Dana dan Daya: Strategi Pendanaan OMS dari Pengalaman Anggota INFID di Indonesia”.
Buku ini lahir dari proses pembelajaran bersama melalui lokakarya peer learning workshop yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2025 di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh 35 organisasi anggota INFID yang berasal dari 13 provinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, hingga Nusa Tenggara Timur.
Dalam forum tersebut, OMS saling berbagi pengalaman mengenai strategi mencari pendanaan alternatif, berbagi tantangan yang dihadapi, serta merumuskan solusi kolektif. Buku ini kemudian menjadi dokumentasi sekaligus referensi praktis bagi OMS lain untuk mengembangkan strategi keberlanjutan organisasi.
Berbagai strategi inovatif muncul dari diskusi antar-OMS. Beberapa organisasi mulai mengeksplorasi pemanfaatan platform crowdfunding yang memungkinkan masyarakat luas mendukung program sosial melalui donasi kecil namun berkelanjutan. Ada pula yang mengembangkan unit usaha sosial, misalnya produksi kerajinan atau pengelolaan koperasi, di mana keuntungan digunakan untuk menopang kegiatan advokasi.
Selain itu, kemitraan dengan sektor swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) semakin dipandang potensial. Banyak perusahaan kini ingin menunjukkan komitmen terhadap isu keberlanjutan, lingkungan, dan hak asasi manusia. OMS dapat menjadi mitra strategis karena memiliki kedekatan dengan komunitas akar rumput. Beberapa organisasi juga mengembangkan jasa pelatihan, konsultasi, maupun penjualan produk seperti buku, kaos, hingga kerajinan tangan yang dibuat oleh kelompok dampingan. Strategi ini tidak hanya mendukung finansial organisasi, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi komunitas.
Namun, inovasi tersebut tidak akan berhasil tanpa fondasi kelembagaan yang kuat. OMS perlu memastikan legalitas yang jelas, sistem keuangan yang transparan, serta mekanisme akuntabilitas yang dapat dipercaya oleh mitra maupun publik. Kredibilitas inilah yang akan menjadi modal utama dalam membangun jejaring dan mengakses sumber pendanaan baru.
Aspek Kunci Untuk Keberlanjutan
Untuk mewujudkan pendanaan yang berkelanjutan, OMS perlu memperhatikan sejumlah aspek penting:
- Penguatan tata kelola dan transparansi organisasi. Akuntabilitas harus menjadi prioritas, bukan hanya kepada donor tetapi juga kepada publik dan komunitas dampingan.
- Diversifikasi sumber pendanaan. Organisasi tidak boleh bergantung pada satu mitra pembangunan. Diversifikasi membuat OMS lebih tangguh menghadapi dinamika global.
- Penguatan kapasitas internal. Keterampilan dalam manajemen proyek, fundraising, dan komunikasi publik harus ditingkatkan. Strategi komunikasi dan branding yang kuat akan membantu organisasi lebih dikenal dan dipercaya.
- Kolaborasi dan jejaring. Dengan bergabung dalam konsorsium atau forum bersama, OMS dapat memperluas peluang pendanaan, sekaligus memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dari mitra yang lebih besar.
Langkah-langkah tersebut hanya bisa berjalan efektif jika didukung sumber daya manusia yang kompeten, kepemimpinan yang visioner, serta komitmen jangka panjang untuk terus belajar dan beradaptasi.
Menatap Masa Depan OMS
Perubahan lanskap pendanaan global adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Namun, di balik tantangan besar ini tersimpan peluang untuk mendorong OMS lebih mandiri, inovatif, dan berakar kuat pada dukungan masyarakat.
Dengan memperkuat fondasi kelembagaan, membangun kolaborasi lintas sektor, serta menciptakan sumber pendanaan kreatif. OMS di Indonesia berpotensi tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh lebih kuat.
Keberlanjutan organisasi masyarakat sipil bukan hanya soal keberlangsungan lembaga. Tetapi juga menyangkut keberlangsungan demokrasi dan ruang partisipasi publik di Indonesia. Jika OMS mampu menjaga eksistensinya, maka suara-suara kritis, advokasi untuk kelompok marjinal, serta inisiatif pemberdayaan akan tetap hidup dan menjadi penyeimbang penting dalam pembangunan bangsa.