Lokakarya MEAL: Refleksi Capaian INFID dalam Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan

Lokakarya MEAL: Refleksi Capaian INFID dalam Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan

Penulis: Sanita Rini, Program Officer for Preventing Violent Extremism INFID

Editor: Intan Bedisa, Communication & Digital Officer INFID

(Keterangan: Peserta lokakarya MEAL bersama Konsultan MEAL Leya Cattleya sedang mendiskusikan bersama Theory of Change. Sumber: Dok INFID)

INFID mengawali tahun dengan refleksi dampak, kerja-kerja advokasi, dan setiap proses yang berlangsung di dalamnya. Sebagai lembaga advokasi kebijakan berbasis bukti, INFID harus memastikan setiap program dan proyek yang dilaksanakan memiliki dampak yang terukur dan strategi keberlanjutan yang efektif. Untuk itu, pada 23-24 Januari 2024 INFID menyelenggarakan lokakarya monitoring, evaluasi, akuntabilitas, dan pembelajaran (MEAL) secara luring di Tangerang, Banten. MEAL kali ini secara spesifik diperuntukkan bagi proyek Promoting Tolerance, Democracy, and Human Rights to Prevent Violent Extremism (PREVENT). 

Selain sebagai forum penyampaian hasil sementara evaluasi akhir, lokakarya ini  juga menjadi wadah bagi seluruh mitra kerja untuk berbagi informasi dan pengetahuan tentang langkah-langkah yang telah diambil, capaian yang sudah dicapai, mengidentifikasi hambatan, dan pembelajaran penting serta inovasi yang berpotensi muncul selama pelaksanaan proyek PREVENT. Kegiatan ini melibatkan 11 mitra kerja INFID, yaitu Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Timur, Jaringan GUSDURian, NU Online, Arrahim.id, IBTimes.id, Islami.co, Komnas Perempuan, Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), dan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). 

Proyek PREVENT merupakan upaya konkret untuk mendorong terwujudnya toleransi dan moderasi beragama, pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan, dan perwujudan demokrasi dengan memperkuat dan memperluas peran aktif guru, pemerintah daerah, kelompok muda, kelompok perempuan, dan media. Tidak terbatas pada lingkup nasional, PREVENT juga dirancang untuk memperluas ruang pelibatan bagi komunitas internasional dalam pemajuan HAM dan demokrasi yang berkeadilan. 

Sepanjang tahun 2023, INFID bersama 11 mitra kerja PREVENT telah melaksanakan 12 kegiatan yang meliputi penyusunan penelitian tentang capaian dan keberlanjutan RAN PE. Selain itu juga menyelenggarakan sekolah demokrasi online (SDO), pelatihan kabupaten/kota HAM, Festival HAM, hingga upaya peningkatan kapasitas terhadap aktor kunci seperti guru, pemerintah daerah, masyarakat sipil, ormas keagamaan, dan kelompok minoritas melalui kegiatan pelatihan moderasi beragama. Peningkatan kapasitas ini adalah bentuk komitmen INFID bersama mitra untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam pemenuhan dan perlindungan HAM dalam kerangka pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan.

Dalam pelaksanaannya, PREVENT juga memiliki fokus terhadap pelibatan orang muda sebagai salah satu aktor kunci dalam membangun demokrasi dan perdamaian yang berkeadilan. Hal ini terlaksana melalui berbagai kegiatan yang menghadirkan ruang aman bagi orang muda untuk bersuara dan penguatan kompetensi mereka. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan di antaranya Youth Fellowship, Training of Facilitator “Fasilitator Keberagaman”, Youth Camp “Muda Toleran 2023”, hingga Kelas Kalis, yaitu pelatihan menulis dengan pendekatan toleransi. 

Sementara itu di ruang digital, INFID bersama 4 media partner melancarkan rangkaian kampanye yang menyiarkan narasi toleransi untuk mendorong pemilu damai. Sementara itu, dalam rangka memperkuat kerjasama internasional, INFID telah menindaklanjuti rekomendasi bersama Komnas Perempuan dengan melaksanakan pelatihan “Pemenuhan HAM dan Demokrasi Berkeadilan” yang melibatkan tokoh perempuan muslim dari Pakistan, Malaysia, dan Indonesia. Secara keseluruhan, INFID bersama 11 mitra telah menjangkau sebanyak 21 provinsi di Indonesia, termasuk kelompok dengan ragam gender, agama, dan kepercayaan. 

Hasil Evaluasi dan Komitmen Selanjutnya

Konsultan Eksternal Monitoring, Evaluation, Learning (MEL) PREVENT Leya Cattleya, menyampaikan temuan dan rekomendasi berdasarkan lima kriteria evaluasi, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, cakupan, dan keberlanjutan. Menurutnya, secara umum proyek PREVENT sudah relevan dengan kebutuhan Indonesia saat ini, khususnya bagi lembaga mitra untuk dapat mengadvokasi dan mendorong kehidupan bermasyarakat dalam suasana keberagaman dan toleransi dan memitigasi adanya bentuk ekstremisme dan intoleransi berbasis ‘beyond’ agama. 

Isu keberagaman dan toleransi yang telah dibangun menjadi keunggulan komparatif dan kekhasan ‘brand’ INFID. Agenda penting berikutnya adalah bagaimana INFID perlu mengoptimalkan posisi dan peran strategisnya dalam membangun diskursus yang lebih luas, menampilkan pengetahuan, serta hasil kerja kolektifnya. Brand yang telah terbangun ini dapat dimanfaatkan sebagai kendaraan yang berpengaruh untuk menghasilkan laporan atau kertas kebijakan yang berisikan rekomendasi strategis untuk negara. 

Dari kriteria efektivitas, kerja-kerja proyek PREVENT secara umum dipandang efektif dan menghasilkan serangkaian hasil yang baik. Meski demikian, para lembaga yang terlibat memerlukan konsolidasi secara periodik untuk mengevaluasi strategi dan theory of change (ToC) sesuai dengan perkembangan kondisi sosial politik yang terjadi.

Dalam hal efisiensi, proyek PREVENT dinilai ‘value for money’ yang tinggi. Dengan anggaran yang relatif tidak besar, proyek ini mampu menjangkau penerima manfaat yang luas secara wilayah dan demografi, yaitu hingga ke berbagai kelompok, termasuk kelompok marjinal. Oleh karena itu, INFID sebagai lembaga yang mengelola PREVENT terus terdorong untuk mengoptimalkan peran sebagai ‘facility’ agar menjaga proses pengelolaan sumber daya pendanaan tetap berjalan dengan baik, akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya peningkatan kapasitas bagi tim INFID dan lembaga mitra menjadi catatan yang konstruktif dari kegiatan evaluasi ini. 

Sementara itu untuk kriteria cakupan, INFID bersama 11 mitra telah menjangkau sebanyak 21 provinsi di Indonesia, termasuk kelompok dengan ragam gender, disabilitas, agama, dan kepercayaan. Produktivitas ini perlu diimbangi dengan keterlibatan wilayah yang juga mencakup Indonesia tengah dan timur. Selain itu, seluruh tim juga harus terus memastikan peningkatan aspek keterlibatan yang bermakna bagi kelompok ragam gender, disabilitas, agama, dan kepercayaan. 

Dengan dampak dan jangkauan yang masif, keberlanjutan menjadi poin yang membutuhkan atensi serius. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengkaji dan mengukur sudah sampai mana hasil dan perubahan yang telah dihasilkan dari proyek PREVENT, serta capaian apa yang perlu untuk dilanjutkan. Harapannya, PREVENT mampu mengintervensi kebijakan-kebijakan yang ada di tengah masyarakat dengan lebih strategis dan berperspektif gender dan anak, khususnya dalam hal pencegahan dan penanganan ekstremisme berbasis kekerasan.

Terakhir, dalam konteks kerjasama, INFID dan mitra terdorong untuk melibatkan peran sektor swasta dan lembaga legislatif. Selain itu, kelompok orang muda akan terus menjadi  fokus INFID dan mitra untuk mensinergikan kerja dan upaya advokasinya dengan lebih strategis, misalnya dengan membuka ruang-ruang kerjasama internasional. 

Direktur Eksekutif INFID Iwan Misthohizzaman mengapresiasi hasil temuan dan rekomendasi dari evaluasi ini. “Banyak hal yang bisa dan menjadi tanggung jawab untuk ditindaklanjuti, banyak isu yang harus kita sikapi bersama, ada yang sifatnya segera dan ada yang harus dijadwalkan secara berkala, supaya kita saling memutakhirkan situasinya. Perlu kita pastikan bahwa kita bisa meningkatkan kolaborasi dan saling dukung agar mendapatkan hasil yang optimal”, tutup Iwan.